Dua Prinsip Mendidik Anak dalam islam

Hadiah terbaik setiap orangtua adalah anak yang sholeh dan sholehah, begitupun hadiah terbaik bagi seorang anak adalah orangtua yang memberikan pengasuhan terbaik dan tepat. Banyak sekali teori parenting yang tersebar diberbagai buku dan artikel, namun tidak sedikit juga yang memberikan informasi membingungkan dan tidak baik untuk diikuti. Sebagai seorang muslim sewajarnya kita berpedoman pada alqur’an dan hadist, dalam agama islam telah diajarkan bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar, ada dua prinsip penting yang harus dipegang oleh orangtua muslim dalam mendidik anak. Jika kita mengambil tindakan pada dua prinsip ini, maka itu akan membantu membimbing kita dan menjadikan kita orang tua yang produktif membesarkan anak-anak yang produktif.
Anak adalah amanah bagi kita sebagai umat Islam, sebuah tanggung jawab yang juga merupakan anugerah. Adalah tugas kita untuk memastikan mereka menjadi pekerja keras, produktif dan yang paling penting, individu yang takut akan Tuhan yang akan menjadi aset bagi umat. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yaitu sedekah abadi, ilmu yang diperoleh manfaatnya, atau anak sholeh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).
Maka niat dan tujuan kita dalam membesarkan anak-anak kita hendaknya menjadikan mereka bermanfaat bagi kita dan diri mereka sendiri untuk akhirat. Untuk mencapai tujuan ini, berikut adalah dua prinsip yang penting untuk ditanamkan saat kita melakukan tugas sehari-hari merawat anak-anak kita:
• Anak-anak terlahir suci
• Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memimpin dan membimbing anak-anaknya
• Anak-anak terlahir suci
• Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memimpin dan membimbing anak-anaknya
- Anak-anak terlahir Suci
Perilaku seseorang dapat dilihat dalam dua cara:
Pertama adalah bahwa tindakan dianggap dipengaruhi oleh dirinya sendiri dan yang kedua adalah karena lingkungannya Ini adalah teori dalam psikologi sosial. Namun, Rasulullah SAW bersabda
“Tidak ada anak yang dilahirkan kecuali dengan fitrah (Islam atau fitrah manusia) dan kemudian orang tuanya menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Muslim)
Hadits ini menyatakan bahwa Allah SWT telah menciptakan anak-anak yang suci, tanpa dosa dan dengan kecenderungan fitrah untuk kebaikan dan ketuhanan, yaitu tidak ada kemungkinan anak tersebut dipengaruhi oleh karakteristik bawaan diri sendiri untuk berperilaku buruk. Oleh karena itu, tidak ada kesalahan yang dapat dibebankan kepada seorang anak jika ia melakukan kesalahan, terutama sampai ia mencapai usia 10 tahun. Tidak ada seorang anak pun yang berniat berbuat salah kecuali ia hanya meniru atau menerapkan apa yang telah dilihat, didengar dan dirasakannya dari lingkungannya.
Yang bisa kita lihat adalah ketika anak melakukan sesuatu yang tidak disukai orang tuanya, dia langsung dimarahi dan disalahkan. Orang tua harus menyadari bahwa dia hanya bertindak berdasarkan apa yang dia lihat, dengar, dan rasakan. Bisa jadi ia meniru perilaku tersebut dari apa yang terjadi di sekitarnya. - Orang tua memiliki tanggung jawab untuk memimpin dan membimbing anak-anaknya
Ketika anak-anak masih kecil, mereka masih dalam proses belajar apa yang benar dan apa yang salah, dan cara berperilaku yang benar di lingkungan mereka. Adalah tanggung jawab orang tua untuk mengajari anak bagaimana melakukan ini, bagaimana memilih lingkungannya dan memutuskan orang seperti apa yang akan mengisi lingkungan itu, sehingga mereka dapat terus melakukan apa yang baik dan murni.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap orang di antara kalian adalah wali dan bertanggung jawab atas kewajibannya. Penguasa yang memiliki otoritas atas orang-orang, adalah penjaga dan bertanggung jawab atas mereka; seorang pria adalah wali keluarganya dan bertanggung jawab untuk mereka; seorang wanita adalah penjaga rumah dan anak-anak suaminya dan bertanggung jawab atas mereka; seorang budak adalah penjaga harta tuannya dan bertanggung jawab untuk itu; jadi kalian semua adalah wali dan bertanggung jawab atas tuntutan kalian.” [HR al-Bukhari]
Anak itu baru mengenal dunia sehingga dia belum tahu harus berbuat apa. Dia memiliki sifat bawaan untuk menjadi baik, tetapi itu perlu dipupuk. Orang tuanya adalah orang-orang yang dibebani tanggung jawab untuk memimpin, membimbing, dan merawatnya. Jika dibiarkan sendiri, anak bisa pergi ke arah mana pun tergantung dengan siapa dia bertemu dan berinteraksi. Jika orang tuanya mengambil tanggung jawab ini dengan serius untuk memastikan dia tumbuh pada hari fitrah dan menaati Allah SWT.
Nah dapat kita tarik kesimpulan bahwa semua anak terlahir suci seperti selembar kertas kosong, dengan bimbingan orangtua dan lingkungan baik kertas kosong tersebut dapat terlukis dengan baik pula juga sebaliknya, jika orangtua tidak bisa membimbing anaknya maka kertas putih itupun akan rusak dengan sendirinya, semoga kita dapat mendidik anak-anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah